PT Pertamina sudah memprediksi bakal mengalami kerugian yang cukup
besar di akhir 2014. Ini disebabkan diturunkannya besaran kenaikan harga jual
gas elpiji 12 Kg yang sebelumnya ditetapkan sebesar Rp 3.959 per Kilogram (Kg)
nett direvisi menjadi Rp 1.000 per Kg nett.
"Angka kerugian jika dalam kurs Rp 10.500 per dolar mencapai
Rp 5,315 triliun. Jika dalam kurs kisaran Rp 12.250 per dolar, angka kerugian
mencapai Rp 6,247 triliun," ujar Dirut Pertamina Karen Agustiawan dalam
konferensi pers di kantornya, Jakarta ,
Senin (6/1).
Karen menyebut, Pertamina harus menerima kerugian Rp 4.556 per Kg.
Kerugian ini muncul lantaran Pertamina menjual gas Elpiji kemasan 12 Kg jauh di
bawah harga keekonomian yang disandarkan harga CP Aramci sebagai patokan
standar harga LPG dunia.
Selanjutnya Karen menerangkan, ini juga berdampak pada tidak
terpenuhinya target pertumbuhan profit tahun ini. "Proyeksi pertumbuhan
profit turun dari 13,17 persen menjadi 5,65 persen," ungkap dia.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina
Hanung Budya. Menurut dia, Pertamina telah menjalankan praktik jual rugi dalam
bisnis Elpiji 12 Kg.
"Harga per kilonya seharusnya Rp 10.800. Tetapi kita menjual
di bawah BEP (Break Event Point) sehingga kita menjual dengan kerugian,"
terang dia.
Analisis :
Kerugian ini jelas memberikan efek negatif bagi perekonomian indonesia di sektor perdagangan gas. hal ini tidak terlepas dari tingkat konsumsi yang rendah dari masyarakat menengah ke bawah. Seharusnya taraf hidup ekonomi masyarakat lebih ditingkatkan agar mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar